Gerabah Masbagik Mulai Rambah Mancanegara

Sempat sepi saat pandemi Covid-19, kini usaha gerabah Dusun Penakak, mulai menggeliat


LOMBOK TIMUR - Pengrajin gerabah asal Dusun Penakak, Desa Masbagik Timur, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur, kini mulai kewalahan. Pasalnya, kerajinan gerabah yang menjadi mata pencaharian warga setempat ternyata banyak diminati di pasar mancanegara. Itu terlihat dari banyaknya pengiriman kerajinan gerabah ke berbagai negara.


Mulyadi salah satu owner pusat oleh-oleh Gerabah asal Penakak, Desa Masbagik Timur Kecamatan Masbagik menyebutkan, sebelum merebaknya Covid-19, permintaan dari luar negeri sangat banyak, hampir setiap bulan pengiriman ke luar negeri selalu ada, namun beberapa tahun terakhir, mengalami penurunan jika dibandingkan awal tahun 2019 lalu.


"Kalau sekarang kita masih ngirim sampai Malaysia dan Abudabi saja, kaku Negara-negara yang lain belum ada lagi, tapi yang paling tetap itu ke Abudabi," terang Mulyadi saat ditemui di tokonya, Sabtu (21/1).


Selain ke Abudabi dan Malaysia, produk-produk gerabah asli Dusun Penakak ini juga kerap dikirim ke negara, Cina, Australia, Jepang dan Perancis. Produk yang biasa dikirim ke luar negeri ini ialah produk berbentuk piring, cover lampu, kocor, gelas dan beberapa kerajinan lainnya.


Pemilik Lombok Mulya Craft ini juga menyebutkan selain ke Luar negeri kerajinan ini juga sering di kirim ke luar daerah seperti Jawa, Bali, Surabaya , Jakarta, NTT dan beberapa daerah yang lain, tetapi daerah yang paling sering membeli produk gerabah ini ialah Provinsi Bali.


"Yang paling sering itu ke Bali, Rabu kemarin kita sudah kirim satu truk ke Bali, jenis yang kita kirim kemarin itu jenis cover balon. Sampai disana mereka cet kemudian dibuatkan motif lagi, tidak langsung dipasarkan tapi dipermak lagi," ungkapnya.


Diceritakan Mulyadi pada tahun 2019 lalu menjadi tahun kelam bagi para pengerajin dan pengusaha gerabah di Dusun Penakak, sebab pada tahun ini usahanya sempat lock down selama berbulan-bulan karena terdampak Covid-19, sehingga mengakibatkan tamu-tamu dari luar negeri tidak ada yang berwisata ke Lombok Timur. Mengingat gerabah yang biasanya dikirim ke berbagai Negara tersebut biasanya dipesan oleh wisatawan yang berkunjung ke Lombok Timur.


Di satu sisi saat Pandemi Covid-19 diakuinya juga menjadi berkah baginya. Dimana saat itu permintaan gerabah khususnya jenis bong (kendi) saat itu sangat banyak, setelah adanya instruksi dari Bupati Lombok Timur untuk menggunakan bong sebagai tempat cuci tangan di masing-masing OPD.


Tingginya permintaan bong ini, sehingga membuat harga gerabah jenis ini mengalami kenaikan 50 -60 persen dari harga biasa. Dimana sebelum Covid-19 harga satu biji bong dijual dengan harga Rp. 60- Rp. 75 ribu, namun saat Covid-19 harganya naik menjadi Rp. 180-Rp. 200 ribu. 


"Saat itu toko saya masih Lock down, tiba-tiba ada yang datang nyari bong 5 biji, saya kasih dengan harga Rp. 75 ribu perbiji, akhirnya diambil tanpa ditawar, ternyata di luar harganya sudah sampai Rp200 ribu per biji. Karena waktu itu saya tidak tau perkembangan harga, tapi kalau sekarang sudah mulai normal,"kisahnya saat menceritakan kala itu.


Pasca Covid-19 ini, Kata dia harga gerabah mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Seperti kerajinan berbentuk piring yang sebelumnya di jual dengan harga Rp. 6.000 per biji saat ini dijual dengan harga Rp. 10 ribu sampai Rp. 12 ribu per biji.


Selain itu, kerajinan bentuk lain juga mengalami kenaikan. Kenaikan harga ini diakuinya dampak dari Covid-19 dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 


"Dulu kalau kita kirim ke Bali ongkosnya itu Rp.800 ribu sampai Rp 1 juta, tapi kalau sekarang Rp 2 juta lebih. Tapi Kalau persoalan harga ini tergantung motif dan tingkat kesulitan membuatnya, semakin sulit maka semakin mahal harganya," ucapnya.


Pada perhelatan MotoGP dan WSBK beberapa bulan lalu diakuinya tidak berdampak terhadap kerajinan gerabah ini, akan tetapi lebih ke aksesoris seperti gelang, kalung dan souvenir lainnya.


Banyak diliriknya gerabah asal Penakak ini oleh wisatawan domestik dikarenakan masih alami dan dari segi kualitas masih bagus dari daerah lainnya . Akan tetapi diakuinya dari sisi motif gerabah asal Penakak ini masih kalah dengan daerah lainnya di Lombok.


Semenjak kenaikan harga ini, omzet penjualannya mengalami penurunan dimana sebelum Covid-19 perbulannya bisa mendapatkan omzet sekitar Rp. 10 juta lebih, sementara saat ini omzet penjualan paling banyak sebesar Rp. 5 juta per bulan. (CN)

0 Komentar