KKN Tematik Unram Fokus Pada Pemanfaatan Lahan Kosong Jadi Apotik Hidup


LOMBOK TIMUR - Program Kerja (Proker) utama mahasiswa KKN Tematik Universitas Mataram (Unram) di Desa Sugian salah satunya pembuatan 'apotik hidup'.


Pemanfaatan lahan kosong milik masyarakat menjadi solusi utama pembuatan apotik hidup sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Desa Sehat.


Ketua KKN Tematik Unram, M. Febrianto Pratama mengatakan, pembuatan apotek hidup ini merupakan pemanfaatan lahan kosong untuk ditanami tumbuhan obat-obatan untuk keperluan sehari-hari.


"Pembuatan Apotek hidup ini diciptakan dengan memanfaatkan lahan kosong dibelakang rumah Pak Kadus Kokok Pedek Timur, Desa Sugian. Dilahan kosong tersebut, mahasiswa KKN Desa Sugian menanami berbagai macam tumbuhan obat-obatan, seperti jahe, lengkuas, kunyit, kumis kucing, binahong, serai, dan berbagai jenis tanaman yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain pemanfaatan lahan kosong pak Kadus, mahasiswa KKN Desa Sugian juga memanfaatkan pekarangan masyarakat Desa Sugian," jelas Febrianto Pratama kepada media ini.


Dalam pemanfaatan pekarangan masyarakat ini, kata dia, mahasiswa KKN Desa Sugian menfasilitasi masyarakat dengan pemberiaan rak tanaman yang terbuat dari kayu dan bibit tanaman apotik hidup. 


Karena hal tersebut, masyarakat Desa Sugian ikut berpartisipasi dalam membantu mahasiswa KKN Desa Sugian dalam mewujudkan desa sehat melalui penanaman apotik hidup.


Dalam pengumpulan bibit apotek hidup, mahasiswa KKN Desa Sugian memanfaatkan bibit dari masyarakat sekitar Desa Sugian, yang kemudian bibit-bibit tersebut dikembangkan di lahan kosong belakang rumah milik Kadus setempat. Setelah bibit-bibit tersebut tumbuh dengan subur dalam jumlah yang banyak, mahasiswa KKN Desa Sugian membagikan bibit pada masyakarat sekitar untuk ditanami dipekarangan rumah masing-masing. 


"Pembagian bibit ini dilaksanakan bertepatan dengan peresmian rumah pembibitan sekaligus peringatan hari sejuta pohon pada tanggal 10 Januari 2023," ujarnya.


Dalam acara ini, mahasiswa KKN Desa Sugian bekerja sama dengan pihak desa dan lembaga ECHO Green. Adapun rangkain acara kegiatan ini meliputi, peresmian apotek hidup oleh kepala desa Sugian, selanjutnya pembagian bibit apotek hidup untuk masyakarat, kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon di sepanjang jalan Dusun Kokok Pedek Timur.


Cegah Stunting


Selain apotik Hidup, Mahasiswa KKN Tematik Unram juga menggelar sosialisasi pencegahan dan penanganan stunting.


Sosialisasi ini dilakukan karena masih tingginya angka stunting yang disebabkan oleh tingginya angka pernikahan dini dan kurangnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat. Sosialisasi yang dilaksanakan dibagi menjadi dua sesi yaitu, sesi pertama yang disampaikan oleh petugas KUA mengenai dampak pernikahan dini terhadap tingginya angka stunting. Kemudian, sesi kedua disampaikan oleh petugas puskesmas mengenai PHBS dan bahaya stunting.


Berlokasi di Aula Yayasan Pondok Pesantren NW Sugian dengan mengusung tema “Penanggulangan Stunting Dalam Upaya Mewujudkan Desa Sehat di Desa Sugian”. 


Dalam sosialisasi ini dibahas mengenai penyebab dan dampak pernikahan usia dini. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua rendah, sosial ekonomi keluarga, serta pergaulan bebas.


Berdasarkan UU no.16 tahun 2019 tentang Perkawinan, mengatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.


“Pernikahan usia dini jelas tidak diakui oleh negara dan belum memiliki buku nikah yang dapat merugikan pihak perempuan karena tidak bisa mendapatkan hak waris sebab tidak memiliki buku nikah”, ujar pak Azhar selaku pemateri dari KUA.


Adapun dampak dari pernikahan dini bagi anak-anak yang dilahirkan misalnya, angka resiko kematian bayi lebih besar, bayi lahir dalam keadaan prematur, kurang gizi, dan anak berisiko terkena hambatan dan stunting.


Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya yang berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki ciri-ciri seperti memiliki tubuh yang lebih pendek dari anak sepantarannya, pertumbuhan lambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat, performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya, berat badan tidak naik dan cenderung menurun, perkembangan tubuh anak terhambat, dan anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.


“Perempuan yang melakukan pernikahan usia dini rentan mengalami pendarahan serta keguguran ketika hamil karena rahim mereka belum matang, selain itu dapat meningkatkan resiko anak yang dilahirkan mengalami stunting”, ujar Husein selaku pemateri dari puskesmas.


Oleh karena itu, dilaksanakannya sosialisasi ini bertujuan untuk mengurangi angka stunting dan meningkatkan wawasan masyarakat terutama remaja mengenai dampak stunting dan pernikahan dini. Semoga setelah kegiatan ini, masyarakat terutama remaja dapat mengambil manfaatnya sehingga resiko stunting dapat diturunkan di wilayah Desa Sugian. 


Kegiatan ini diikuti sekitar 80 orang partisipan dari siswa siswi SMP dan SMA beserta perangkat desa, ibu kader, BPD, ketua perpustakaan keliling, ketua karang taruna, Polmas, dan Danramil. (CN)

0 Komentar